Jumat, 16 Desember 2011

analisis jurnal penginderaan jauh dan SIG



Pelaksanaan pengembangan wilayah perdesaan memerlukan suatu perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut dilakukan dalam rangka mengalokasikan secara spasial sumber daya yang dimiliki setiap wilayah perdesaan sehingga optimal. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kondisi tata guna lahan wilayah perdesaan di Indonesia sangat beragam. Oleh karena itu setiap pengambilan kebijakan pemanfaatan ruang perlu memperhatikan kondisi keragaman penggunaan lahan di wilayah yang bersangkutan. penelitian ini adalah mengidentifikasi sebaran dan luas tata guna lahan dan jaringan jalan setiap RW menggunakan data penginderaan jauh Quick Bird dan mengkaji keanekaragamannya berdasarkan perhitungan nilai Entropy.
Perhitungan nilai entropy dalam penelitian ini dilakukan untuk dua jenis fenomena yaitu penggunaan lahan dan jaringan jalan, bertujuan mengetahui tingkat keragaman penggunaan lahan dan jaringan jalan setiap RW, Semakin banyak jumlah peluang penggunaan lahan dan jaringan jalan dan semakin rata sebaran luas atau jenis
pemanfaatannya, nilai entropy semakin besar.
Kehadiran Quickbird telah melahirkan eforia baru. pada praktisi inderaja yang jenuh dengan penggunaan metode baku  analisis citra berbasis Landsat dan SPOT. Resolusi spasial yang sangat tinggi pada Quickbird telah melahirkan masalah baru dalam inderaja digital, di mana respons spektral obyek tidak berhubungan langsung dengan karakter obyek secara utuh.
 Secara umum metode penelitian ini dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap pengumpulan data textual (tabel, grafik dan tex) maupun peta/data spasial. Tahap selanjutnya adalah pengolahan citra Quick Bird pansharpened, meliputi rektifikasi berbasis batas administrasi desa dan interpretasi penggunaan lahan termasuk identifikasi jaringan jalan. Tahap ketiga adalah menghitung luas wilayah dan luas penggunaan jalan serta menghitung panjang jaringan jalan untuk setiap RW. Tahap Akhir adalah menghitung nilai entropy (Hi) jenis penggunaan lahan dan jaringan jalan setiap RW. Nilai entropv tidak terkait dengan aksesibilitas jalan secara langsung. Aksesibilitas jalan lebih dipengaruhi oleh kerapatan jenis jalan, yang kualitasnya paling baik.